Penata Kamera Dalam Pembuatan Film Fiksi Tetet Dito

Authors

  • Ezra Juniar Telkom University
  • Teddy Hendiawan Telkom University

Abstract

Peneliti berfokus pada prosesi sunat yang terjadi di Desa Rancakalong, Kecamata Rancakalong, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat. Di Desa Rancakalong, Motode sunat masih menggunakan gunting atau laser, dan
di Rancakalong tradisi sunat sangat erat kaitannya dengan budaya, salah satunya adalah Kuda Renggong.
Budaya tersebut menjadi bentuk syukuran pada prosesi sunat pada anak laki – laki. Biasanya Kuda
Renggong dilaksanakan sesudah atau sebelum prosesi sunat sebagai cara untuk merayu anak supaya tidak
cemas dan takut ketika melaksanakan prosesi sunat. Secara psikologis ketakutakan anak sendiri biasanya
dipicu karena lingkungan sosial, membuat pola pikir anak menjadi tertekan. salah satunya di lingkungan
pertemanan. Pada perancangan ini menggunakan metode kualitatif dengan teori objek sunat dan teori
pedekatan psikologi komunikasi yang di kaitkan dengan teori penata kamera yaitu camera movement
sebagai salah satu cara untuk menekankan kesan yang lebih dramatis. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan studi literatur. Data yang sudah terkumpul dilanjutkan menjadi perancangan film fiksi
dengan menggunakan pergerakan kamera sebagai salah satu aspek yang dapat menciptakan kesan yang
lebih dramatis. Unsur sinematik sendiri dibagi dalam beberapa bagian seperti mise-en-scene, suara, editing,
dan sinematografi. Sinematografi merupakan ilmu seni yang memuat tentang gambar fotografi gerak yang
menjadi ruang gerak seorang Penata Kamera.
Kata Kunci: anak, sunat, kuda renggong, film pendek, drama, komedi, penata kamera.

 

The researcher continued the circumcision process that took place in Rancakalong Village, Kecamata
Rancakalong, Sumedang Regency, West Java. In Rancakalong Village, the circumcision method still uses
scissors or lasers, and in Rancakalong the circumcision tradition is very closely supporting it with culture,
one of which is Kuda Renggong. The culture is a form of thanksgiving for the circumcision procession for
boys. Usually Kuda Renggong are carried out after or before the circumcision procession as a way to seduce
children who are asked not to be anxious and afraid of compilation to do a circumcision procession.
Psychologically, fear of children is usually triggered due to the social environment, making children's
mindsets become depressed. one of them in the friendship environment. In this design using a qualitative
method with circumcision object theory and the theory of communication psychology approach that is
associated with the theory of camera stylists, namely camera movement as a way to facilitate a more
dramatic picture. Data collection through collection, interviews, and literature studies. Data that has been
collected successfully becomes the design of fictional films by using camera movements as one aspect that
can create more dramatic features. Cinematic elements themselves are divided into several sections such as
mise-en-scene, sound, editing, and cinematography. Cinematography is an art science that contains motion
photography images that become the space for a director of photographer.

Keyword : Child, circumcision, kuda renggong, short film, drama, comedy, Director of Photography

 

Downloads

Published

2019-08-01

Issue

Section

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual